Pilkada Indramayu 2010: Sebuah Catatan Pribadi

Tahun 2010 ini, daerah saya, Indramayu, akan mengadakan hajatan politik. Saya sebetulnya tidak berpretensi untuk melakukan analisis politik tertentu. Saya hanya ingin memberikan catatan-catatan pribadi, yang lebih merupakan refleksi diri secara internal.

Catatan pertama. Saya melihat deretan baliho di tepi jalan, dari ujung barat sampai ujung timur Indramayu, memajang foto orang-orang yang mungkin mau mencalonkan diri. Jenis fotonya ada belasan. Sayangnya saya tidak melihat substansi tertentu yang ditampilkan, selain wajah-wajah penuh ambisi, dan sederet gelar akademik di depan dan belakang nama mereka. Beberapa orang menambahkan jargon-jargon yang cukup menggelikan buat saya. Misalnya, “Rakyat Indramayu waras lan wareg”. Waras artinya ‘sehat’, sedangkan wareg bermakna ‘kenyang’. ‘Wareg’ memang simbolisasi dari ‘sejahtera’, tetapi kesejahteraan yang sifatnya primer dan primitif.

Hal lain yang menggelikan, baliho-baliho itu bahkan dipasang jauh sebelum masa pemilihan. Masa pendaftaran baru dimulai awal Juni 2010. Masa kampanye pun ditetapkan baru awal bulan Agustus 2010, tetapi baliho sudah tumpah ruah sejak 2009. Baliho-baliho itu seolah menjadi metafora luapan ambisi yang tertunda selama sepuluh tahun terakhir. Terlihat amburadul memang, tetapi tampak sepi dari nada kritis masyarakatnya.

Catatan ke dua. Melihat fenomena baliho ini, saya menduga bahwa calon-calon pemimpin masyarakat kita dewasa ini nampaknya kurang percaya diri. Mungkin ia merasa tidak memiliki cukup prestasi dan aksi nyata yang membuat sosoknya dikenal secara natural dan bersahabat di hati rakyat. Karena itu, ia harus mati-matian mempromosikan dirinya dalam tempo relatif singkat, melalui media yang tercecer dan tidak mengindahkan estetika ruang publik. Tidak jarang duit milyaran rupiah ia keluarkan demi mendobrak popularitas instan itu. Atau, jangan-jangan, memang nyatanya mereka minim prestasi dan aksi nyata? Semoga saja tidak begitu. Saya tahu mereka adalah petinggi-petinggi organisasi daerah, anggota DPRD, pengusaha kaya, pemimpin parpol daerah, pejabat pemda atau mantan pejabat di lingkungan propinsi. Mungkin mereka sudah banyak berbuat, hanya rakyat tidak tahu.

Catatan ke tiga. Salah satu dari foto yang ada di baliho itu tampak lebih familiar di banding banyak baliho lainnya. Fotonya sudah eksis hampir sepuluh tahun terakhir. Sosok itulah yang selalu berdampingan dengan bupati. Bagi yang tidak mengenal Indramayu, barangkali akan mengira dia adalah wakil bupati. Sebenarnya bukan. Kebanyakan rakyat Indramayu, termasuk saya sendiri, hampir tidak pernah melihat foto wakil bupati, apalagi foto bupati dan wakilnya berdampingan, di ruang publik.

Saya bisa pastikan, dialah calon terkuat. Soal kapabilitas saya kurang tahu. Yang jelas, di era demokrasi-iklan ini, yang paling berpeluang adalah sosok yang sudah sering tampil dan dilihat oleh publik di media. Logikanya sederhana saja. Masyarakat tidak tahu apakah masih ada sosok calon pemimpin yang bersih atau tidak. Jika pemimpin yang sudah dikenal itu memiliki sejumlah kekurangan, termasuk attitude-nya, maka yang tidak dikenal pun belum tentu memiliki kapasitas dan integritas yang bagus. Jangan-jangan lebih parah? Karena itu, masyarakat mungkin akan cenderung memilih yang sudah dikenal kadar kekurangannya. Apalagi, wajah-wajah baru itu pun begitu banyak dan membingungkan.

Catatan ke empat. Saya hampir tidak menemukan satu pun rencana kerja nyata yang akan mereka lakukan jika terpilih. Barangkali ekspektasi saya ini terlalu tinggi. Mungkin demokrasi kita belum sampai ke sana. Atau mungkin pola pikir masyarakat timur yang cenderung lebih holistik, sebagaimana dikemukakan oleh filusuf-filusuf modern, sehingga yang sering kita temui dalam media-media kampanye adalah bait-bait kalimat luhur, tetapi sulit didefinisikan tolok ukurnya. Bisakah kita mengukur keberhasilan seorang calon pemimpin, misalnya, yang menjanjikan bahwa rakyat akan maju dan sejahtera? Rakyat akan waras dan wareg? Seberapa maju dan seberapa sejahtera?

Mengapa mereka tidak berani menyatakan : Selama kepemimpinan saya, kemiskinan akan ditekan sekian persen? Sekian ribu lapangan pekerjaan akan diciptakan? Sekian persen rakyat akan menikmati air bersih? Kerusakan jalan akan diminimalisir? Sawah dengan irigasi teknis akan ditingkatkan menjadi sekian persen? Angka kematian bayi akan diturunkan? Rata-rata lama pendidikan masyarakat akan menjadi sekian tahun? Angka buta huruf akan ditekan sekian persen?

Kalau  tidak sanggup, mengapa mereka masih saja maju mencalonkan diri?

Ah, mungkin saya terlalu pesimis akan masa depan demokrasi kita. Sejujurnya catatan-catatan di atas lebih merupakan kekhawatiran, dibanding sebuah penilaian. Saya hanya ingin masyarakat kita tidak dikibuli lagi.

Dalam pilkada 2010 ini, saya harap akan lahir pemimpin yang bersih dan cakap. Juga, apa yang sudah dicapai Indramayu saat ini terus ditingkatkan. Semoga.

53 komentar di “Pilkada Indramayu 2010: Sebuah Catatan Pribadi

  1. Kebetulan Kang di Cianjur juga mau pilkada/pemilukada tahun 2011 nanti. Tapi sejak beberapa bulan lalu di sudut-sudat kota sampai pelosok Cianjur Selatan sudah bertebaran tampang-tampang berambisi memiliki kuasa nomor satu di kabupaten. Sederet gelar kesarjanaan menyertai namanya. Bahkan sebutan haji yang biasanya tidak dipakai, tapi untuk ambisi kuasa ini di depan namanya mereka memakai H.

    Mudah-mudahan rakyat tidak terus-terusan bisa dibodohi dengan beberapa ribu rupiah saja.

    Terima kasih. Semoga pilkada kita sukses mensejahterakan rakyat.

  2. ternyata kejadian itu juga menimpa daerah, daerah lain, kebnyakan mereka tidak lulus matematika dasar…
    kalau menjumlah, mengali lancar…tapi tiba saatnya membagi..pasti pada kesulitan

  3. ya.. tak bisa dipungkiri untuk saat ini pejabat politik merupakan salah satu profesi yang sedang digemari.. terlepas dari tujuannya apa,, yg jelas sbg warga sy hanya bisa berharap mudah2n calon2 bupati indramayu mempunyai niat yang tulus untuk mengabdi pd masyarakat. amiin..

  4. Salam hangat kang.. Lawas ora berkunjung.. Sida beli kopdarane? Kita email menga alamat email sampeyan sing ning elnus, bouncing bae…

    Plis, email me ya kang di : asepsaiba[at]gmail[dot]com

    Sukses buat Indramayu dan Blogger Indramayu!

  5. kenapa ketika ingin membangun atau berkarya buat rakyat harus selalu menjadi PEJABAT ?????

    inilah bukti jika jaman sekarang setiap menjadi pejabat selalua da udang dibalik batu … ujungnya kekuasaan dan uang

  6. Tempat saya dah siap Pilkada dah,dihitung..
    Eh katanya sekarang mau di ulang katanya MK memutuskan Walikota Yang terpilih tidak memenuhi syarat..
    Padahal Pilkada dah sukses
    Bingung deh..
    Kan bingung

  7. Kalau menurut pengamatan saya yang berduit biasanya menjadi pemenang dalam pemilukada. Semoga para pemimpin yang terpilih bukan hanya punya duit tapi juga punya jiwa kepemimpinan yang bagus dan bisa dipertanggungjawabkan.

  8. Indramayu akan memanas di bulan puasa…
    saya yakin itu..
    dan indramayu akan mendapat bencana yang amat sangat besar karena pasti akan mengotori bulan puasa…

  9. Mas Casdira,
    Kemarin aku pulang kampung.
    1. Alkhamdulillah, saya bisa ketemu dengan Mas saya yang dari Kerangkeng, dan dia bilang, ya Kang Tholib mengenal baik tentang anda. Mas Casdira.
    2. Alkhamdulillah, kemarin banyak ketemu dengan teman-teman lama saya di Indramayu yang telah mengabdi lama di bidang pendidikan/sebagai guru. Saya alumni SPG (sekolah Pendidikan Guru) tahun 1982. Dan, ternyata, berita (lewat media cetak maupun elektronik), yang ada di permukaan tentang Indramayu, “agaknya” tidak semanis dengan faktanya di lapangan. Saya sangat prihatin sekali.
    3. Tentang Pemilukada, saya sangat setuju dengan pendapat anda. Ada kenyataan, bahwa figur-figur yang muncul, lebih dikarenakan faktor “uang”. Karena itu yang mengemuka untuk ditawarkan sebagai bahan kampanye sangat bersifat artikulatif. Karena itu jauh dari makna yang substantif. Jauh dari persoalan-persaolan yang lebih mendasar agar rakyat Indramayu lebih merasakan sebagai warga yang telah memenangi berbagai event berharga dalam tataran administratif yang terkadang lebih bersifat atributif. Misal, IPM meningkat atau yang gelar-gelar lainnya.
    Semoga, Mas Casdira.

    • Oh… sempat mampir ke kampung halaman ya. Gimana kesan pesannya?
      Ya, “marketing” keberhasilan program2 di ndramayu cukup bagus memang, tetapi yg namanya iklan memang kerap mengecewakan, setelah kita merasakan sendiri produk2 tersebut.
      Salam pak, moga bisa mampir lg pas sy ada di sana.

  10. awalnya nemu tulisan ini di komunitas blogger indramayu, lumayan untuk update informasi tanah kelahiran sekaligus obat kangen. Tapi..kok saya merasa tulisannya “extraordiner” untuk kawasan Pantura: berbobot, objektif, dan educatif. Pantesan saja, penulisnya c-a-s-d-i-r-a. Apa kabar ?. Saya sepakat dengan pendapat kang cas,di tulisan lain mengenai wakaf “politik”, kita (indramayu) butuh pemilih cerdas,pengusaha patriotik,dan pemimpin kuat dan jujur, untuk menghadapi high cost nya perpolitikan kita. 2010 nampaknya masih status quo, harapan itu nampak tipis. Barangkali 2015..harapan itu kan terkembang.., if U (and others like u) will..
    Wassalam,

    Notes: Jadi pelabuhan terkhir di PERTAMINA ?

    • Wah, ini kang Very ya? Alhamdulillah kabar baik2 saja, tambah lemu, hehe.. suwe ora ketemu ya. Lg sibuk ning endi kang?
      Ya… Rencananya sih PTM bukan pelabuhan terakhir, ada pulau lain yg perlu saya singgahi dan berbenah di sana. Tetapi wallahu a’lam, seperti apa nanti.
      2015?? Kelihatannya akan makin panas.. bisa jadi permaisuri atau putra mahkota masih akan tampil di gelanggang..

      • Yups, betul , kiyen kula tiang cangkring. Kula saiki siweg singgah teng sebrang, masih benkyoshimasu. Kalau permaisuri kayaknya sekarang udah maju deh, waah..kalau 2015 masih putra mahkota, mending statuta indramayu sebagai kabupaten di amandemen saja jadi kesultanan aja atuh.
        Waktu kecil, saya belajar di madrasah di kampungku, katanya air yang mengalir itu pasti suci dan mensucikan, sementra air yang tergenang bisa menjadi najis. Dari kacamata geologi (hidrogeologi), air itupun dasarnya punya kecenderungan bergerak. Kita juga perhatikan, air yang diam terlalu lama, mudah sekali tercemar. Demikian juga benda lainnya di alam, semua butuh sirkulasi. Dalam maslah harta, zakat menjadi instrumen yang di buat Tuhan supaya harta tidak menumpuk di segelintir orang saja. Ini supya kehidupan masyarakat terkait dengan urusan harta menjadi sehat. Bangsa ini sudah pernah mengalami 2 kali kemandekan dalam sirkulasi kepemimpinan nasional, dan kita diujungnya selalu mendapat masalah, maka di buatlah aturan (sebagai ijtihad manusia)bahwa masa jabatan cukup 2x, selanjutnya diganti yang lebih baru, biar fresh, dan lebih sehat. Tapi sayangnya aturan ini oleh sebagian orang selalu dipandang sebagai hal diantara dua, satu, untuk dilanggar, dua, untuk di cari celahnya. Insyaallah, segala sesuatu itu fithrahnya dipergilirkan ko’. Jadi 2015, panjenengan siap-siap ya… :-).
        Ibaratnya , seperti di Lapindo, gas dan air memaksa keluar melalui celah yang ada, dan kita ndak siap ..jadilah bencana. Kayaknya 2015, kita perlu buat kanal supaya si air tadi bisa ngalir, kalau ngga ada yang alamiyah, ya..bikin artificial atau di engineering lah.
        Btw, resolusi 2010..buat birrul walidain teh.. hijjul baita..atau at-tamam ad-dien..hehehe.. .

      • Wah, analoginya bagus kang, teori hidrogeo-politik, hehehe…kalau utk 2015 belum ada visi utk terjun ke politik. Ya, istilah Mario Teguh, sedang “memantaskan diri” utk jadi pemimpin masyarakat..
        Btw, iya alhamdulillah sudah menyempurnakan separuh agama. Birrul walidain ya sedang jalan, tinggal hijjul bait..

      • Ayolah… dari sekarang, Mas Casdira terus berkarya melalui pemikiran seperti ini. Bagus… bagus sekali. Persoalan kemudian, bagaimana melakukan tindakan “brain washing” terhadap cara pandang masyarakat kebanyakan di Indramayu? Maaf……….
        Dulu, saya mendengar dimana-mana, spt juga yang pernah anda tulis tentang IPM Indramayu. Tapi, rasanya atau pada kenyataannya, masih jauh panggang dari api.
        Contoh begini Mas. Ketika saya bertandang ke teman yang sudah jadi Penilik Sekolah, sudah sertifikasi (Pasti Gajinya sudah 2x lipat)di rumahnya, tidak/belum berlangganan koran/majalah apappun. Jadi, uang banyak tidak menjamin rela untuk membaca. INILAH TANTANGAN YANG HARUS DI ATASI Pemimpin INDRAMAYU. Mengubah/mengalihkan budaya/kebiasaan menonton “APAPUN (hiburan tidak sehat)” ke mau membaca. Harus dibiasakan dari kecil. HARUS ini. Semoga.

  11. allooo kang Cas,,, maap niy baru mampir lagi 🙂 geli aku baca tulisan kang Cas,,,hehe bener apa yang kang Cas tulis itu. Fenomena spanduk emang yang paling fenomenal di jalanan, pusing dah ngeliatnya.Apa lagi jargon2nya, haduuhh…
    Nie jadi ngeblur nih kalo disuruh milih hehe…golput?hmm g tau juga, ikutan milih?hmm… siapaa coba

  12. pa kbr kawan,sehat2 ya..aku suka pemikiran sampean realistis..aku sangat prihatin potret kampungku jadi semakin kusam dan berangasan ya,.? di semua lini telah terjadi inkonsistensi,disisi lain biaya pesta demokrasi kian smakin tinggi,..ini indikator bencana ,siklus ini bila tdk segera di putus di khawatirkan akan membentuk karakter pemimpin maupun yg di pimpin menjadi irasional,mudah di hasut,temperament emosional ttinggi..sepertinya motivasi calon pemimpin daerah bhw PEMIMPIN ADALAH PRIBADI YANG SANGAT DI UNTUNGKAN,mdh2n dugaan saya salah,..padahal PEMIMPIN ADALAH PRIBADI YANG DIKORBANKAN,.tp benar juga ya,..jelang pemilihan mereka berkorban milyaran rupiah,saat memimpin juga mengorbankan tp yang jd korban masyarakat lho..bkn pemimpinnya.mdh2n ke depan potret indramayu mulai bersinar,..kalo makin burem..saat nya rakyat bertindak krn kedaulatan bkn ditangan bupati tp ada di rakyat..salam sukses mas cas..

    • alhamdulillah sehat pak.. ya, memang naluri dasar manusia itu ingin berkuasa dan menguasai pak, begitu punya uang ditambah sedikit popularitas, orang cenderung utk tampil berebutr kekuasaan. Padahal kapasitasnya belum tahu, wong visinya aja sering tidak jelas. Kebanyakan “pokoknya rakyat akan sejahtera, daerah akan maju, dst..” Ditambah lagi yg sudah nangkring di atas gak mau turun, jadilah rebutan “tumpeng” ini makin seru…dan wajah demokrasi kita makin keruh.

  13. selalu saya dibuat terpukau dengan analisis2 dari kang casdira. Semoga Indramayu memiliki pemimpin yang ideal. Apa sa kriterianya? kayanya kang casdira lebih tahu daripada saya.he…2

    • Ah, masa sih.. 🙂
      Namanya juga blogger, ya isinya cuma renungan iseng di tepi keramaian panggung politik daerah..
      Kriteria pemimpin Indramayu? Wah, sy juga kurang paham persisnya. Yg pasti mesti memiliki kapabilitas, moralitas dan akseptabilitas yg bagus. Cuma tiga kunci “..tas” itu yg saya tahu kang, hehe..

  14. selalu saya dibuat terpukau dengan analisis2 dari kang casdira. Semoga Indramayu memiliki pemimpin yang ideal. Apa saja kriterianya? kayanya kang casdira lebih tahu daripada saya.he…2

  15. Ya Allah, bila memang pilakada kali ini akan melahirkan pemimpin yang dicintai dan mencintai rakyatnya, maka pilihlah salah satu dari mereka untuk menjadi pemimpin kami. Amin.

Tinggalkan Balasan ke dira Batalkan balasan